sekolahku sorgaku
sekolahku sorgaku

Pendidikan yang saya tahu sejauh ini

“Pengajaran pada zaman sekarang tak dapat memberi kepuasan pada rakyat kita. Pengajaran Gubernemen, yang seolah olah dijadikan contoh dan umumnya dianggap sebagai usaha untuk menjunjung derajat kita, sudah ternyata tak dapat memberi penghidupan pada kita, yang sepadan dengan cita cita kita sebagai rakyat yang berusaha akan mendapatkan keselamatan. Hingga kini nasib kita semata mata hanya memberi manfaat kepada bangsa lain.” (Ki Hajar Dewantara)

 

Pendidikan telah menjadi sorotan berbagai Negara diseluruh belahan dunia. Hal ini banyak dipicu oleh kegagalan sekolah dalam mengemban tujuan mulia pendidikan sebagai proses pengembangan sikap terhadap lingkungan alam, sosial dan diri sendiri sebagai manusia. SekIMG_4845olah sekolah yang ada saat ini menyebabkan pendidikan yang diharapkan –sebagai proses kehidupan yang dapat mengentaskan manusia dari penindasan dan kesengsaraan– menjadi bagian yang menindas manusia itu sendiri. Hal ini bisa terjadi karena sekolah telah menyebabkan siswa tercerabut dari realitas dirinya dan lingkungan dimana dia berada akibat penafsiran yang salah atas pendidikan yang sekedar dipandang sebagai transfer of knowledge belum sampai pada bagaimana mengupayakan agar ilmu pengetahuan itu dapat menjadi sarana mendidik manusia(siswa) agar mampu membaca realitas sosisal. Tanpa disadari oleh masyarakat pengertian pendidikan telah dipersempit kedalam sekolah-sekolah seperti sekarang, sekolah-sekolah yang terus menerus memproduksi orang orang yang dibutuhkan lapangan kerja, ekonomi dan kepentingan pemerintah. Sekolah hanya dijadikan tempat mencetak manusia robot yang setelah lulus tidak tahu harus berbuat apa dengan lingkungannya, bahkan sekolah sebagai tempat pemisahan strata potensi otak manusia, sekolah yang menamakan dirinya “favorit”hanya menerima anak yang “jenius” saja yang diperlihatkan berdasar nilai ijasahnya, sehingga akhirnya anak anak bangsa yang digolongkan kedalam manusia “bodoh” tidak bisa duduk dibangku sekolah favorit. Apakah ini yang disebut pendidikan? Lalu… bagaimana nasib anak anak yang tidak bisa masuk sekolah favorit? Padahal dalam penciptaan Alloh, tidak ada manusia bodoh dan pintar, hanya potensi kecerdasannya saja yang berbeda beda… Albert Einstein disekolahnya dianggap sebagai siswa bodoh karena tidak bisa meng-urut-kan huruf alphabet dengan benar. Seichiro Honda juga bukan siswa yang memiliki otak cemerlang dikelas, dia selalu menjauh dari pandangan guru, nilainya jelek disekolah, karena kecerdasannya dimesin. Gajah Mada juga bukan orang yang jenius dibidang sains, beliau adalah orang yang ahli dalam strategi perang, namun semangat ingin menyatukan nusantaralah yang membuatnya menjadi orang hebat. Orang orang seperti ini tidak mungkin bisa masuk disekolah “favorit” karena nilai (baca angka) diraportnya jeblok. Kecerdasan manusia diukur dengan angka, sangat jauh sekali dengan konsep pendidikan Rasulullah S.A.W. (maaf saya alhamdulillah orang Islam) yang melahirkan konsep pendidikan sangat luar biasa hebatnya, tidak ada penggolongan jenis otak, tidak ada penggolongan status sosial, dan tidak ada penilaian angka, melainkan bagaimana mencetak para Shahabat yang bisa menghidupi orang lain. Lalu kemana arah pendidikan dinegeri tercinta ini? Sekolah yang hebat adalah sekolah yang gedungnya mewah, fasilitas lengkap, siswanya nilainya bagus bagus, terakreditasi A, juara berbagai lomba dan masih banyak lagi standar yang semakin menjauhkan dari hakikat makna pendidikan. Semakin hebat sekolah, maka pagar bumi-nya semakin tinggi, semakin menjauhkan siswa dari realitas sosialnya sebagai masyarakat, bahkan siswa cenderung siswa seperti dipenjara dengan berbagai konsekuen yang sangat berbeda dengan kehidupannya sehari hari…., padahal para siswa ketika sore harus pulang kerumahnya sendiri, kembali kemasyarakat. Belum pernah ada penilaian bahwa sekolah yang baik adalah sekolah yang berbaur dengan masyarakat, sekolah yang bisa dijadikan tempat belajar semua masyarakat, sekolah yang siswanya dapat bermanfaat untuk masyarakat, sekolah yang siswanya punya jiwa kemandirian, sekolah yang menghasilkan siswa yang tidak menggantungkan hidupnya pada ijasah…, inilah yang seharusnya menjadi tantangan bagi kita semua yang merasa mencintai pendidikan untuk berbuat lebih dari pada sekedar mencetak siswa yang berharap mendapat nilai layak sehingga bisa menggondol selembar ijasah ketika merasa sudah cukup duduk dibangku sekolah. Hati saya juga makin miris ketika mendengar banyak pejabat yang mengatakan “ingin mendirikan / membuat sekolah yang berstandar Internasional” kenapa tidak pernah berfikir bagaimana caranya agar dunia internasional mempunyai standar pendidikan “Berstandar Indonesia?”. Kalau kita bersusah payah mengejar negara lain tentu sampai kapanpun tidak akan pernah bisa, karena negara yang kita kejar / susul, mereka sendiri juga berlari. Harapan saya semoga para penentu kebijakan bisa berfikir lebih kreatif lagi supaya kejayaan masa lalu didunia pendidikan akan kembali kita rengkuh. Yakinlah bahwa sebenarnya Alloh telah menganugerahkan kepada kita potensi yang luar biasa untuk berbuat yang lebih hebat dari pada sekedar meniru bangsa lain…

Abu Ulkaf

Tinggalkan komentar